BAB
1 SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN
KEPRIBADIAN
A.
Pengertian
Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses belajar
berinteraksi dalam masyarakat sesuai dengan peranan yang dijalankan. Sebagai
salah satu proses yang dipelajari dalam sosiologi terdapat beberapa definisi
mengenai sosisalisasi menurut para ahli, yaitu :
1.
Peter
L. Beger
Sosisalisasi adalah proses di mana
seorang anak belajar menjadi seseorang yang berpartisipasi dalam masyarakat.
2.
Robert M.Z. Lawang
Sosialisasi adalah proses mempelajari
nilai, norma, peran, dan persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan
seseorang dapat berpartisispasi secara efektif dalam kehidupan social.
3.
Horton
dan Hunt
Suatu
proses yang terjadi ketika seorang individu menghayati nilai-nilai dan
norma-norma kelompok dimana ia hidup sehingga terbentuklah kepribadiannya.
Dalam proses sosialisasi terjadi paling tidak tiga proses, yaitu :
a. Belajar
nilai dan norma (sosialisasi)
b. Menjadikan
nilai dan norma yang dipelajari tersebut sebagai milik diri (internalisasi),
dan
c. Membiasakan
tindakandan peerilaku sesuai dengan nlai dan norma yang telah menjadi miliknya
(enkulturasi).
Jadi, sosialisasi adalah
proses belajar individu mengenai nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
dimana individ tersebut tinggal. Tujuan dari sosialisasi adalah melalui
sosialisasi seseorang memperoleh nilai, norma, pengetahuan, dan keterampilan
yang diperlukan guna melaksanakan peranan yang dijalankan.
B.
Macam-Macam
Sosialisasi
1.
Berdasarkan
Berlangsungnya
a.
Sosialisasi
yang sengaja/disadari
Sosialisasi
ini dilakukan secara sadar/disengaja, misalnya melalui pendidikan, pengajaran,
indoktrinasi, dakawah, pemberian petunjuk, nasihat, dan sebagainya.
b.
Sosialisasi
yang tidak disadari/tidak disengaja
Sosialisasi
ini adalah perilaku/sikap sehari-hari yang dilihat/dicontoh oleh pihak lain.
Contohnya adalah perilaku sikap seorang ayah ditiru oleh anak laki-lakinya dan
sikap seorang ibu ditiru oleh anak perempuannya.
2.
Menurut
Status Pihk yang Terlibat
a.
Sosialisasi
equaliter
Adalah
sosialisasi yang berlangsung di antara orang-orang yang kedudukan atau
statusnya relative sama, misalnya diantara teman, sesama murid, dan lain-lain.
b.
Sosialisasi
otoriter
Adalah
sosialisasi yang berlangsung diantara pihak-pihak yang status/kedudukannya
berbeda, misalnya berlangsung antara orang tua dengan anak, antara guru dengan
murid, antara pimpinan dengan pengikut, dan lain-lain.
3.
Menurut
Tahapnya
a.
Sosialisasi
primer
Adalah
sosialisasi yang dialami pertama kali oleh seorang individu.
b.
Sosialisasi
sekunder
Adalah
sosialisasi yang terjadi di luar lingkungan keluarga.
4.
Berdasarkan
Caranya
a.
Sosialisasi
represif
Adalah
sosialisasi dalam keluarga dimana orang tua tidak memperhatikan pendapat dan
partisipasi dari anak. Beberapa hal yang menjadi perhatian :
1) Penggunaan
hukuman,
2) Memakai
materi dalam hukuman dan imbalan,
3) Kepatuhan
anak pada orang tua,
4) Komunikasi
satu arah (perintah),
5) Bersifat
non verbal,
6) Orang
tua sebagai pusat sosialisasi sehingga keinginan orang tua menjadi penting, dan
7) Keluarga
menjadi significant others.
b.
Sosialisasi
partisipatoris
Adalah
sosialisasi yang terjadi dalam keluarga dimana partisipasi anak diperhatikan
secara penuh dan orang tua mempertimbangkan kemauan anak. Cirri-cirinya :
1) Individu
diberi imbalan jika berkelakuan baik,
2) Hukuman
dan imblan bersifat simbolik,
3) Anak
diberi kebebasan,
4) Penekanan
pada interaksi,
5) Komunikasi
terjadi secara lisan/verbal,
6) Anak
pusat sosialisasi sehingga keperluan anak dianggap penting, dan
7) Keluarga
menjadi generalized others.
C.
Tahap-Tahap
Sosialisasi
George
Herbert Mead membagi sosialisasi menjadi beberapa tahapan :
1.
Masa
Anak-Anak (Tahap Persiapan)
a.
Preparatory
stage
Pada
masa ini, seorang individu mulai mempersiapkan dirinya untuk belajar sesuatu,
seperti belajar makan, berbicara, mkan, mengenal lingkungna keluarga, dan
sebagainya.
b.
Play
stage
Pada
masa ini, anak-anak juga mulai mengenal lingkungan lebih luas yaitu teman
sepermainan. Si anak juga sudah mulai mengenal teknik bermain peran atau meniru
seperti bermain perang-perangan, polisi-polisian, dokter-dokteran dan
sebagainya.
2.
Masa
Remaja (Game Stage)
Masa
remaja merupakan tahapan lanjutan dimana seorang individu sudah mulai
mengidentifikasikan diri dengan idolanya. Pada masa ini, remaja dianggap masih
dalam pencarian jati diri sehingga sangat rentan terhadap pengaruh dari luar.
3.
Masa
Dewasa (Generalized Other)
Masa
ini dikenal juga sebagai tahapan penerimaan norma pada masa ini, seorang
individu sudah mulai mantap dimana seorang individu mulai menyesuaikan diri dengan pola social
budaya masyarakat.
D.
Agen-Agen
Sosialisasi atau Media Sosialisasi
Jacobs
dan Fuller (1973) mengidentifikasi emapt agen sosialisasi :
1.
Keluarga
Media awal dari seorang individu adalah
keluarga. Pihak yang terlibat dalam media ini adalah :
a. Pada
keluarga inti, misalnya ayah dan ibu saudara kandung.
b. Pada
keluarga luas, misalnya nenek, kakek, paman, dan bibi.
c. Pada
masyarakat menengah perkotaan sejalan dengan meningkatnya partisispasi kerja
perempuan, misalnya baby sitter, pembantu rumah tangga, petugas pada penitipan
anak, guru pada play group, dan sebagainya.
2.
Kelompok
Pertemanan (Peer Group)
Dalam lingkungan kelompok bermain,
seorang anak belajar berinteraksi dengan orang-orang yang sederajat karena
sebaya. Mempelajari tentang keadilan, persahabatan, dan kesetiakawanan.
Melalui lingkungan sepermainan,
seseorang mempelajari nilai-nilai dan norma-norma dan interaksinya dengan
orang-orang lain yang bukan anggota keluarganya. Di sinilah seseorang belajar
mengenai berbagai keterampilan social, seperti kerja sama, mengelola konflik,
jiwa social, kerelaan untuk berkorban, solidaritas, kemampuan untuk mengalah,
dan keadilan.
Peran positif kelompok sepermainan
adalah :
a. Memberikan
rasa aman dan rasa yang dianggap penting dalam kelompok yang berguna bagi
pengembangan jiwa.
b. Menumbuhkan
dengan baik kemandirian dan kedewasaan tempat yang baik untuk mencurahkan
berbagai perasaan, misalnya kecewa, takut, kawatir, suka ria, dan sebagainya,
termasuk cinta.
c. Merupakan
tempat yang baik untuk mengembangkan keterampilan social, misalnya kemampuan
memimpin, menyamakan persepsi, mengelola konflik, dan sebagainya
3.
Lingkungan
Sekolah
Di lingkungan sekolah, guru mempunyai
peranan besar dan dominan untuk memberikan pengaruh dan membentuk pola perilaku
anak.
Fungsi
sekolah sebagai media sosialisasi antara lain :
a. Mengenali
dan mengembangkan karakteristik diri (bakat, minat, dan kemampuan) melestarikan
kebudayaan.
b. Merangsang
partisipasi demokrasi melalui pengajaran keterampilan berbicara dan
pengembangan kemampuan berpikir kritis, analistis, rasional, dan objektif.
c. Memperkaya
kehidupan dengan cakrawala intelektual serta cita rasa keindahan.
d. Mengembangkan
kemampuan menyesuaikan diri dan kemandirian.
e. Membelajarkan
tentang hidup sehat, prestasi, universalisme, spesifisitas, dan sebagainya.
4.
Lingkungan
Kerja
Dalam lingkungan ini, individu mampu
membentuk kepribadiannya sesuai dengan lingkungan tempat di mana ia bekerja.
Seseorang belajar tentang nilai, norma, dan cara hidup.
5.
Media
Massa
Dalam media ini, seseorang dapat
terpengaruh hal-hal yang baik maupun buruk. Beberapa hasil penelitian
menyatakan bahwa sebagian besar waktu anak-anak dan remaja dihabiskan untuk
menonton televisi, bermain game online dan berkomunikasi melalui internet,
seperti yahoo messenger, google talk, friendster, facebook, dan sebagainya.
Diakui oleh banyak pihak bahwa media massa telah berperan dalam proses
homogenisasi, bahwa akhirnya masyarakat dari berbagai belahan dunia memiliki
struktur dan kecendrungan cara hidup yang sama.
E.
KEPRIBADIAN
Sosialisasi
dan kepribadian adalah proses social yang saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan.
1.
Pengertian
Kepribadian
Kepribadian
adalah organisasi dari factor biologis, sosiologis, dan psikologis yang
mendasari perilaku individu. Unsure-unsurnya adalah :
a.
Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan unsur yang mengisi akal-pikiran seseorang yag sadar, merupakan hasil dari
pengalaman indranya atau reseptor organismanya.
b.
Perasaan
Alam
kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam paerasaan, yaitu keadaan dalam
kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilainya sebagai
positif atau negative.
c.
Dorongan
naruli (drive)
Naluri
merupakan perasaan dalam diri individu yang bukan ditimbulkan oleh pengaruh
pengetahuannya, melainkan sudah terkandung dalam organism atau gennya.
2.
Faktor
Pembentuk Kepribadian
a. Factor
pembawaan/warisan bilogis (keturunan atau warisan)
Warisan
biologis merupakan factor keturunan yang berpengaruh terhadap perilaku
kompulsif, kemudahan dalam pergaulan, pengendalian diri, dorongan hati, sikap,
dan minat. Contoh kepribadian yang diwariskan adalah bakat, sifat, minat, dan
IQ.
b. Factor
lingkungnan fisik
perbedaan
topografi , iklim, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan
diri dengan lingkungan alam. Misalnya seseorang yang hidup dalam lingkungan
alam yang keras tentu akan mempunyai kepribadian yang liar karena mereka harus berjuang
melawan lingkungan alam yang keras dalam mempertahankan hidupnya.
c. Factor
kelompok
Factor
kelompok seperti factor sepermainan dapat memengaruhi perkembangan
kepribadiannya, baik kepribadian yang positif maupun negative.
d. Factor
kebudayaan khusus
Setiap
daerah mempunyai kebudayaan khusus yang khas, misalnya saja masyarakat desa,
suku bangsa A, berbeda dengan suku bangsa B, dan sebagainya.
e. Factor
pengalaman unik
Factor
pengalaman unik adalah pengalaman yang dialami oelh seseorang dalam hidupnya
yang dapat membentuk kepribadiannya sehingga berbeda dengan kepribadian orang
lain. Misalnya sensai-sensasi ketika seseorang dalam situasi jatuh cinta.
3.
Tahap-Tahap
Perkembangan Kepribadian
a. Fase
Pertama (1-2 tahun)
Fase
dimana individu mulai mengenal diri dan lingkungsan sekitarnya.
b. Fase
Kedua (3-24 tahun)
Kepribadian
ini mulai tampak dengan tpe perilaku khas yang tercermin dari perangai,
kegemaran, IQ, dan bakat.
c. Fase
Ketiga (25-28 tahun)
Fase
yang sangat singkat dengan ciri kepribadian seseorang tersebut telah mantap dan
tetap.
BAB
2 PERILAKU DAN MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL
A.
Penyimpangan
Sosial
1.
Pengertian
Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang
tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat. Perilaku
menyimpang disebut non konformitas, sementara yang tidak menyimpang disebut
konformitas. Beberapa batasan tentang perilaku menyimpang :
a.
Menurut
Van der Zanden
Perilaku
menyimpang adalah perilaku yang oleh sejumlah orang dianggap sebagai hal yang
tercela, dan diluar batas toleransi.
b.
Paul
B. Horton dan Chester L. Hunt
Perilaku
menyimpang adalah perilaku yang dinyatakan sebagai suatu pelanggaran terhadap
norma kelompok/masyarakat.
c. Becker
Perbuatan
disebut menyimpang apabila perbuatan itu dinyatakan menyimpang, sehingga penyimpangan
bukanlah kualitas dari suatu tindakan melainkan konsekuensi atau akibat dari
adanya peraturan dan diterapkannya sanksi-sanksi oleh masyarakat.
2. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
a. Penyimpangan
primer
Merupakan
penyimpangan yang bersifat temporer atau sementara dan hanya menguasai sebagian
kecil kehidupan seseorang.
b. Penyimpangan
sekunder
Merupakan
perbuatan yang dilakukan secara khas dengan memperlihatkan perilaku menyimpang
dan perbuatan dari pelaku menyimpang dan perbuatan dari pelaku menyimpang telah
menjadi gaya hidupnya sehari-hari.
c. Penyimpangan
individual
Adalah
penyimpangan yang dilakukan oleh seorang yang telah mengabaikan dan menolak
norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakatnya.
d. Penyimpangan
kelompok
Adalah
penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma
kelompok yang bertentangan dengan norma mayarakat yang berlaku.
e. Penyimpangna
situasional
Penyimpangan
yang dilakukan karena keadaan atau situasi di luar individu sehingga memaksakan
individu melakukan perbuatan menyimpang.
f. Penyimpangan
sistematik
Penyimpangan
yang disertai organisasi social khusus, status formal, peranan dan nilai atau
norma yang semuanya berbeda dengan situasi umum.
3.
Macam-Macam
Penyimpangan
Secara umum, macam-macam penyimpangan adalah
sebagai berikut :
a. Tindakan
non conform (tidak sesuai dengan
nilai dan norma yang ada), misalnya mengenakan sandal ke sekolah, membolos, dan
sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah perilaku-perilaku yang terlalu
maju, terlalu rasioal, terlalu baik, dan sebagainya yang dalam tahap tertentu
masih dalam taraf individual peculiarities sebagaimana disebutkan di atas.
b.
Tindakan antisional (melawan kebiasaan masyarakat masyarakat/kepentingan
umum), misalnya menarik dari pergaulan, keinginan, bunuh diri, ngebutisme, alkoholisme,
dan seterusnya.
c.
Tindakan
criminal, misalnya pencurian, perampokan, pembunuhan,
korupsi, dan seterusnya.
Penyimpangan lain yang
dapat dirinci sebagai berikut :
a.
Penyimpangan
diterima dan penyimpangan ditolak
Penjahat
atauun orang-orang yang sangat baik adalah penyimpang, maka Jack the Ripperdan
Florence Nightingale adalah penyimpang. Perbedaannya adalah ditolak dan
diterima.
b.
Penyimpangan
relative dan penyimpangan mutlak
Dalam
kehidupan social yang sebenarnya sukar dijumpai orang ang sepenuhnya menyimpang
atau sepenuhnya konformis. Yang mudah dijumpai adalah menyimpang dalam
batas-batas tertentu dan konformis dalam batas-batas tertentu, sehingga sukar
dijumpai orang yang secara mutlak menyimpang.
c.
Penyimpangan
terhadap budaya nyata atau budaya ideal
Perilaku
korupsi itu jahat, merokok itu merusak kesehatan, serta NAPZA itu merusak jiwa
dan raga. Sebagian besar orang tentu setuju dengan pernyataan ini. Namun,
apakah kemudian tidak melakukannya? Demikianlah tidak selamanya budaya nyata
dan sejalan dengan budaya ideal.
d.
Penyimpangan
adaptif
Adalah
penyimpangan yang berfungsi sebagai cara menyesuaikan diri terhadap
oerubahan-perubahan social dan kebudayaan dalam masyarakat.
4.
Sifat Perilaku Menyimpang
a.
Penyimpangan
negative
Merupakan
penyimpangan yang dilakukan cenderung kea rah nilai social yang dipandang
rendah dan berakibat buruk.
b.
Penyimpangan
positif
Merupakan
penyimpangan yang mempunyai dampak positif karena dianggap mempunyai unsure
inovatif, kreatif, dan memperkaya alternative sehingga mengarah pada nilai
social yang didambakan.
5.
Teori
Penyimpangan
a.
Teori
biologi
Menjelaskna
tentang bagaimana perilaku menyimpang tersebut hubungannya dengan keadaan
biologis, misalnya cacat tubuh bawaan lahir, tipe tubuh tertentu, misalnya
endomorph, mesomorph, atau ectomorph, dengan perilaku jahat.
b.
Teori
psikologi
Perilaku menyimpang sering dianggap sebagai penyakit
mental. Jadi, orang yang menyimpang itu karena mengalami penyakit mental atau
gangguan kejiwaan.
c.
Teori
sosialisasi
Proses
sosisalisasi yang tidak sempurna, dapat terjadi karena mengalami inferioritas
(minder) akibat cacat fisik bawaan lahir atau memperoleh informasi yang tidak
lengkap, misalnya tentang kehidupan seksual.
d.
Teori
anomie
Anomie
adalah kesimpangsiuran norma atau keadaan tanpa norma yang pasti sebagai
patokan berperilaku. Mengakibatkan keterpisahan emosional antara seseorang
dengan masyarakatnya.
e.
Teori
reaksi masyarakat (teori labeling atau pemberian cap)
Pemberian
cap ini mendorong individu melakukan serangkaian perbuatan yang merupakan
self-fulfilling prophecy (pembenaran peramalan diri) bahwa ia adalah
penyimpang.
f.
Teori
konflik
Meliputi
dua hal, yaitu konflik budaya dan konflik social. Komflik kebudayaan terjadi
pada masyarakat dengan cirri pluralitas. Teori konflik social menerangkan bahwa
penyimpangan terjadi karena adanya perbedaan norma dan kepentingan diantara
kelas-kelas, sehingga suatu perilaku yang tidak sesuai dengan perilaku kelas
tertentu dinyatakan sebagai perilaku menyimpang.
g.
Teori
pengendalian social
Penyimpangan
terjadi karena lemahnya pengendalian social, baik berupa tekanan social maupun
pemberian sanksi-sanksi bahwa suatu kejahatan, misalnya mencuri atau
memperkosa, tidak selalu diawali oleh adanya niat untuk mencuri atau
memperkosa. Namun, karena adanya kesempatan untuk itu, akibatnya lemahnya
pengendalian social.
6.
Contoh
Perilaku Menyimpang
a.
Kenakalan
remaja
Adalah
perbuatan yang dilakukan oleh remaja yang tidak sesuai dengan norma terutama
norma hukum dan ketika dilakukan oleh orang dewasa dikenal dengan
krimiinalistas. Usia yang dikategorikan remaja di Indonesia adalah usia 14-18
tahun. Contoh kenakalan remaja adalah cross boy, cross girl, penganiayaan,
perkelahian, seks bebas, narkoba dan perbuatan sejenisnya.
b.
Kriminalitas
Merupakan
bentuk aktivitas dan perbuatan yang
dilakukan oleh orang dewasa yang melanggar nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat. Contoh perbuatan kriminalitas adalah pembunuhan, pemerkosaan,
korupsi, pencurian, dan sebagainya.
c.
Penyimpangan
seksual
Merupakan
bentuk aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan
seksual tidak sewajarnya. Bentuk penyimpangan seksual diantaranya adalah :
homoseksual, transeksual, sadomasokisme, eksibisme, voyeurism, fetihisme.
7.
Media
Pembentukan Perilaku Menyimpang
a. Keluarga
b. Lingkungan
tempat tinggal
c. Kelompok
bermain
d. Media
massa
8.
Factor
Penyebab Perilaku Menyimpang
a. Sikap
mental yang tidak sehat
b. Ketidakharmonisan
keluarga
c. Pelampiasan
rasa kecewa
d. Dorongan
kebutuhan ekonomi
e. Pengaruh
media massa dna lingkungan
f. Keinginan
untuk dipuji
g. Proses
belajar yang menyimpang
h. Kegagalan
proses sosialisasi
B.
Pengendalian
Sosial
1.
Pengertian
Pengendalian Sosial
a. Roucek
Warren
Pengendalian
social adalah suatu sitilah kolektif yang mengacu pada proses terencana yang
cenderung menganjurkan, membujuk, atau memaksa individu untuk menyesuaikan diri
pada kebiasaan dan nilai hidup suatu kelompok.
b. Berger
Pengendalian
social adalah berbagai cara yang digunakan oleh masyarakat untuk menerbitkan
anggota-anggotanya yang membangkang.
c. Paul
B. Horton dan Chester L. Hunt
Pengendalian
social adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang atau
masyarakat sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai dengan harapan
kelompook atau masyarakat.
Dapat
disimpulkan bahwa pengendalian social adalah cara baik terencana atau tidak terencana
yang mengajarkan, membujuk, atau memaksa individu ntuk menyesuaikan diri dengan
kebiasaan, nilai, dan norma yang berlaku.
2.
Tujuan
Pengendalian Sosial
Pada
dasarnya :
a. Mencegah
terjadinya penyimpangan terhadap nilai dan norma yang berlaku di masyarakat
sehingga tertib social di dalam masyarakat dapat terpelihara.
b. Memulihkan
keadaan akibat terjadinya penyimpangan terhadap nilai dan norma di masyarakat.
Tujuan dari masyarakat
:
a. Eksploitasi,
untuk mengendalikan situasi sehingga tidak mengancam kepentingan-kepentingan
yang telah tertanam kuat.
b. Regulative,
agar dicapai keteraturan social, sehingga warga masyarakat mudah menyesuaikan
dirinya dengan tujuan-tujuan masyarakat termasuk mudah dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
c. Konstruktif,
untuk mengarahkan perubahan dan kebudayaan kea rah yang diharapkan oleh
sebagian besar masyarakat.
3.
Jenis-Jenis
Lembaga Pengendalian Sosial
a. Lembaga
kepolisian
Adalah
lembaga formal masyarakat yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban.
b. Lembaga
kejaksaan
Adalah
lembaga pengendalian formal yang berwenang untuk menindaklanjuti kasus dari
kepolisian, menyelidiki, dan memeriksa pelaku penyimpangan.
c. Lembaga
pengadilan
Bertugas
untuk mengadili dan memutuskan pelaku penyimpangan.
d. Lembaga
adat
Adalah
lembaga yang tidak resmi namun memiliki nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat penganutnya.
e. Tokoh-tokoh
masyarakat
Adalah
seseorang yang dikagumi, disegani, atau dihormati karena pengaruh atau
wibawanya.
4.
Sifat
Pengendalian Sosial
a. Pengendalian social preventif, yaitu
pendalian yang dilakukan sebelum terjadi pelanggaran dengan tujuan mencegah
terjadinya perilaku menyimpang.
b. Pengendalian social represif,
yaitu pengendalian social yang dilakukan setelah terjad penyimpangan.
c. Pengendalian social gabungan, yaitu
gabungan antara pengendalian social preventif dan represif.
5.
Cara-Cara
Pengendalian Sosial
a. Cemoohan
Dengan
cara mencemooh atau mengejek orang atau sekelompok orang yang melakukan
tindakan menyimpang.
b. Teguran
Yaitu
suatu bentuk tindakan pengendalian
social dengan cara memberikan teguran atau peringatan.
c. Pendidikan
Yaitu
pengendalian social yang dilakukan secara efektif, maka bentuk-bentuk
pengendalian yang lain hanya sebagai pendukung.
d. Agama
Adalah
pengendalian social yang dilakukan dengan mempelajari agama dan melaksanakannya
secara sungguh-sungguh sehingga ketika berbuat dosa segera bertobat.
e. Gossip
atau desas-desus
Adalah
kabar berita atau kabar burung yang belum tentu benar.
f. Ostrasisme
Yaitu
cara pengendalian social dengan cara mengucilkan orang yang melakukan penyimpang
social.
g. Fraundulens
Yaitu
pengendalian social dengan cara melakukan bantuan kepada pihak lain yang
dianggap mampu mengatasi masalah.
h. Intimidasi
Yaitu
bentuk pengendalian social dengan cara melakukan penekanan, pemaksaan,
mengancam, dan menakut-nakuti.
i. Hukum
Adalah
pengendalian social yang berupa hukuman
bagi pihak atau orang yang melakukan penyimpangan social.
6.
Efektivitas
Pengendalian Sosial
Menurut Soetandyo Wignyosubroto, ada
beberapa factor dalam masyarakat yang ikut menentukan efektif atau tidaknya
pengendalian social, yaitu :
a. Menarik
tidaknya kelompok
b. Otonomi
tidaknya kelompok
c. Beragam
tidaknya norma dalam kelompok
d. Terjadinya
anomie atau tidaknya kelompok
e. Besar
kecilnya kelompok
f. Toleransi
petugas pengendalian social terhadap pelanggaran/penyimpangan yang terjadi.
BAB
3 PENERAPAN PENGETAHUAN SOSIOLOGI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
A.
Pemahaman
terhadap Wawasan Sosiologis
Wawasan adalah sudut pandang atau cara
khusus utnuk mengamati sesuatu menatanya sedemikian rupa sehingga menjadi
bermakna dan dapat dipahami. Seorang sosiolog tidak memiliki wawasan yang
tunggal tentang objek kajiannya, yaitu masyarakat. Wawasan tersebut dilihat
oleh sosiologi sebagai sesuatu yang saling melengkapi. Selain itu, wawasan dari
sosiologi dapat dipandang sebagai wawsan yang mencakup banyak hal dan dibangun
berdasarkan wawasan dari orang yang hidup dalam masyarakat.
B.
Wawasan
Sosiologis
1.
Wawasan
Masyarakat
Masyarakat memrupakan sekumpulan manusia
yang hidup di suatu wilayah dengan batas wilayah tertentu dan untuk beberapa waktu
tertentu.
Wawasan masyarakat yang dimiliki oleh
sosiologi dikemukan juga oleh Erving Googman dengan melihat perilaku
individunya. Perilaku tersebut mempunyai dua sifat, yaitu :
a. Sifat duniawi (profane),
merupakan hasil dari kewajiban terhadap peran social, resmi, kaku dan tidak
dapat ditawar.
b. Sifat keramat (sacral), yaitu
berhubungan dengan masalah pribadi ketika menjadi individu yang sebenarnya,
maka pada saat itulah ia bersantai, terbuka apa adanya terhadap orang
disekitarnya dan terlepas dari peran sosialnya.
2.
Wawasan
Sistem Sosial
System social merupakan sejumlah actor
individu yang saling berinteraksi dalam situasi yang sekurang-kurangnya
mempunyai aspek lingkungan atau fisik, actor yang mempunyai motivasi dalam
artian mempunyai kecendrungan mengoptimalkan kepuasaan, yang berhubungan dengan
situasi yang didefinisikan dan diensi dalam seuah term symbol bersama yang
terstruktur secara cultural. Adapun syarat dari system social :
a.
Bukan
sekedar impersonal
System
social tidak hanya memiliki kekuatan impersonal, tetapi juga pada sector yang
terbatas pada kehidupan individunya.
b. Determinastik (menentukan)
Perubahan
unsur ditentukan oleh unsur lain karena saling berkaitan. Adapun dua bentuk
dari unsur social tersebut adalah :
1) Suatu
bentuk perubahan yang sengaja disusun dalam suatu aspek lain sehingga system
tersebut kembali pada keadaan semula.
2) Suatu
perubahan tertentu yang menghasilkan akibat pada aspek lain, sehingga
memperbesar perubahan yang terjadi pada system.
Syarat dari system
social diantaranya adalah :
a. System
social haarus terstruktur (ditata)
b. System
social harus mendapat dukungan yang diperlukan dari system lain.
c. Harus
mampu memenuhi kebutuhan aktornya dalam proposi yang signifika.
d. Harus
mampu melahirkan partisipasi yang memadai.
e. Harus
mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi mengganggu.
f. Apabila
konflik akan menimbulkan konflik maka harus dikendalikan.
g. Memerlukan
bahasa.
3.
Wawasan
Kekuasaan dan Konflik
Mempunyai karakteristik :
a. Setiap
saat terdapat proses perubahan dalam masyarakat.
b. Pertikaian
dan konflik terjadi dalam system social.
c. Elemen
kemasyarakatan menyumbang munculnya disintegrasi dan perubahan.
d. Keteraturan
yang terdapat dalam masyarakat berasal dari pemaksaan terhadap anggotanya.
e. Terdapat
peran kekuasaan dalam mempertahankan ketertiban masyarakat dan masyarakat
dipersatukan dengan ketidakbebasan yang dipaksakan.
f. Otoritas
dalam masyarakat berperan dalam bentuk terisiratnya.
g. Masyarkat
mempunyai dua wajah, yaitu konflik dan consensus.
4.
Wawasan
Individualistik atau Fenomenologis
Meneliti struktur masyarakat yang
berttip tolak pada konstruksi individu terhadap dunia social, meliputi tingkah
laku yang pantas atau layak dan hierarki status dalam kehidupan. Meliaht
perspektif dan penafsiran oleh individu yang berpengaruh dalam masyarakat.
C.
Peran
Sosiolog dalam Kehidupan Masyarakat
1.
Sosiologi
sebagai Ahli Riset
Sosiolog menggunakan data dan
mengumpulkan data sebagai perhatiannya. Sosiolog dapat bekerja memimpin reset
ilmiah, kemudian mecari data tentang kehidupan social suatu masyarakat yang
selanjutnya diolah menjadi suatu karya ilmiah yang berguna bagi pengambil
keputusan.
2.
Sosiolog
sebagai Konsultan Kebijakan
Ramalan dan prediksi para sosiologi
dapat membantu dalam menentukan arah kebijakan social yang meungkin terjadi.
3.
Sosiolog
sebagai Teknisi
Sosiolog juga berperan dalam perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan masyarakat. Mereka member saran dalam menyelesaikan
berbagai masalah hubungan masyarakat dan beberapa masalah social lainnya,
sehingga kedudukan sosiolog adalah sebagai teknisi social atau sebagai ilmuwan
terapan. Mereka dituntut untuk menggunakan pengetahuan ilmiahnya dalam mencari
nilai tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Sosiolog
sebagai Guru atau Pendidik
Dapat berperan sebgai pendidik atau guru
yang menyajikan fakta apa adanya dan tidak menciptakan anggpan negative.
Menyajikan fakta secara konkrit apa adanya kepada mereka yang membutuhkan.
====
SELESAI ====